Mencari Pemimpin

Beberapa waktu lalu saya menghadiri acara perpisahan seorang staff disalahsatu perusahaan di daerah saya tinggal. Acara perpisahan yang dipadukan dengan perayaan ulang tahun ini berlangsung cukup meriah. Sebetulnya ini adalah acara internal salah satu departemen di perusahaan tersebut, karena keberuntunganlah saya bisa hadir menikmati acara tersebut. Yang menarik dari acara ini adalah diundangnya mantan atasan department mereka untuk hadir dan menikmatinya, bahkan ulang tahun anaknya dirayakan bersamaan. Anehnya mereka tidak mengundang bos baru yang notabene sekarang menjadi atasan mereka, tetapi malah mengundang sang mantan bos.

Kejadian ini, seperti menjadi salah satu contoh akan krisisnya bangsa ini memiliki pemimpin yang bisa diandalkan, penggantian pucuk pimpinan negeri ini tidak dibarengi dengan kepiawaian mengatur Negara yang berpenghuni lebih dari 200 juta orang ini (iya gitu?).

Pemimpin baru dimanapun itu, akan selalu dibandingkan dengan pemimpin lama, jelaslah bahwa bawahan pertama-tama akan mengukur kinerja sang pemimpin baru dengan kinerja pemimpin lama. Gaya kepemimpinan jelas berbeda, tokh tidak berarti tidak ada gaya universal. Bonding emosional bisa terus terjalin dengan mantan bos, selama pemimpin baru tidak bisa “memutus” ikatan itu dengan cermat. Lalu apa akibatnya bagi kinerja staff, mungkin tidak menurun, tetapi menciptakan atmosfer yang tidak bagus, sehingga lambat laun jika dibiarkan akan mempengaruhi kinerja. Kenapa begitu? Karena alasan yang sederhana, kita adalah manusia. Manusia cenderung selalu berusaha mencari relasi yang aman dengan orang lain
Lalu dimana kita bisa mencari pemimpin yang sempurna? Jelas tidak ada, kesempurnaan itu ngawang-ngawang, sementara realitas ideal adalah fakta. Jadi yang bisa dilakukan adalah mencari pemimpin yang dengan segala kelebihan dan kekurangannya bisa membawa kearah perbaikan, baik itu kreatifitas maupun hasil.
Jadi apakah teman saya termasuk pemimpin yang diimpikan itu? Jika dibandingkan dengan pemimpin baru yang lebih buruk dimata anak buahnya, berarti Iya.